BERUBAH DIANTARA PERUBAHAN I

KASIH KARUNIA MEMBUAT KITA BERUBAH

TERGILA-GILA PADA YESUS

KEHIDUPAN YANG BERBUAH

BUKAN LAGI PERBUATAN BAIK ATAU BURUK

Apakah anda pernah semalaman tidak tidur karena harus membuat kue-kue kering yang berbentuk hati untuk putri Anda yang duduk di kelas tiga sekolah dasar karena dia akan merayakan hari Valentine bersama-sama dengan teman-temannya, tetapi keesokan harinya putri anda mengambil hasil jerih payah anda itu lalu berlari keluar pintu tanpa mengucapkan “Terima kasih, Mama ?”

Apakah Anda pernah bekerja lembur untuk menolong melatih orang yang akan menggantikan posisi anda... dan anda sudah bersusah payah melakukan itu, tetapi tidak ada orang yang memperhatikan dan berkata bahwa mereka menghargai upaya yang telah Anda lakukan ?

Kita hidup di dalam sebuah dunia di mana kita ingin dihargai, kita mengharapkan upah atau pujian atas perbuatan baik yang sudah kita lakukan. Akan tetapi, kita juga hidup di dalam sebuah dunia dimana kita mendapatkan kritik atas perbuatan yang tidak baik. Sayangnya, kita semua sudah terbiasa dengan kata-kata seperti ini, “Ibu, kue-kue itu keras sekali. Gigi Bobby lepas karena makan kue itu.” Atau “Bersyukurlah, akhirnya kita bisa mendapatkan seseorang yang dapat mengetik!” Pujian dan kritik. Begitulah sistem ini berlaku, dan kita sudah terbiasa dengan hal itu.

Akan tetapi Yesus, Saat Dia hidup di dunia ini menjungkirbalikkan sistem tersebut. Dia tidak menekankan pada nilai perbuatannya, tetapi pada nilai manusianya.

Contohnya, saat Yesus bertemu dengan perempuan samaria di dekat sumur (Yohanes 4), Dia sudah tahu bagaimana latar belakang atau masa lalu perempuan ini. Pada kenyataannya, Dia mengejutkannya dengan mengatakan kepadanya tentang kelima suaminya dan juga bahwa laki-laki yang tinggal bersamanya itu bukan suaminya. Disamping itu, yesus memandangnya bukan pada perbuatannya, tetapi pada sosok manusianya. Karena mengetahui bahwa dia begitu haus untuk bisa memiliki sebuah hubungan yang berarti, Yesus menawarkan kepadanya air kehidupan yang, jika dia meminumnya, akan memuaskan dahaganya itu.

Saat Yesus berjalan melewati kota Yerikho (Lukas 19), seorang laki-laki yang bertubuh pendek bernama Zakeus memanjat sebatang pohon supaya dia bisa melihat Yesus. Saat Yesus berjalan melewatinya, Dia berhenti, melihat ke atas ke arah pohon itu, lalu memanggilnya, “Zakeus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu” (Lukas 19:5). Zakeus terkejut, orang – orang yang ada di sekitarnya menjadi heboh. Laki-laki ini adalah orang yang tidak jujur. Sebagai seorang pemungut cukai dia memeras orang-orang sebangsanya, mengantongi kelebihannya, lalu memberikan sisanya kepada pemerintah romawi. Zakeus adalah seorang warga negara yang dikucilkan oleh teman-teman sebangsanya. Namun, sikap Yesus terhadapnya tidaklah demikian. Dia tidak memandang pada perbuatannya yang tidak jujur, tetapi Dia memandang sosok pribadi yang Yesus inginkan untuk masuk ke dalam kerajaan Allah.

Yesus menceritakan tentang sebuah perumpamaan kepada orang-orang yang mengermuni-Nya, yaitu perempuan tentang dua orang kakak beradik, yang sulung adalah anak yang taat sedangkan si bungsu adalah anak yang bertindak menuruti keinginan hatinya sendiri (Lukas 15). Hal yang ingin Yesus ajarkan melalui perumpamaan ini adalah bahwa sang bapa mengasihi kedua anak ini dengan kasih yang sama. Pada saat anak bungsu yang sudah berkelakuan buruk itu kembali ke rumah, dia dipeluk oleh bapanya dan bahkan bapanya itu mengadakan sebuah pesta untuk menyambut kedatangannya. Anak sulung yang selalu menaati bapaknya tidak lebih dikasihi, apa yang dilakukannya itu tidak membuat bapanya lebih mengasihinya daripada anak bungsu yang sudah melakukan banyak kesalahan. Sang Bapa mengasihi keduanya dengan kasih yang sama.

Pesan ini tidak mampu dipahami oleh orang-orang yang hidup pada zaman Yesus. Bukan hanya karena sistem sosial mereka yang seperti itu, tetapi juga karena sistem keagamaan mereka yang membatasi mereka dengan apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. Dengan demikian sistem ini mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka sama sekali tidak mengerti apa yang sedang Yesus katakan! Namun, apa pun itu, yang pasti sudah mengacaukan sistem mereka dan membuat mereka menjadi marah atau kebingungan.

Apakah ada seseorang di pandang baik menurut Allah? Tidak seorang pun Karena jika bukan perilaku kita yang menyalahkan kita, pikiran kitalah yang menyalahkan kita. Allah mengetahui hal itu, dan oleh sebab itulah Dia tidak memandang perbuatan kita yang tidak sempurna tetapi Dia mengasihi dan menerima kita apa adanya. Yesus memberikan kasih karunia semacam ini di kayu salib dengan cara mati bagi dosa yang menyebabkan kita melakukan perbuatan yang buruk. Ini sungguh-sungguh sederhana bukan?

Tidak ada yang dapat lebih memerdekakan kita selain menerima kebenaran yang luar biasa itu. Pada saat kita mau mengakui keberadaan kita bahwa perbuatan kita tidak akan pernah memenuhi standar Allah, kita akan berhenti untuk berusaha membuat diri kita sendiri cukup baik dan memusatkan perhatian kita untuk menjalin sebuah hubungan dengan Dia. Rata Tengah

Sebuah hubungan yang didasarkan pada kasih yang mengasihi kita dan pada kasih karunia terlepas dari apa pun yang kita lakukan, telah membuat kita menjadi luluh di dalam rasa syukur, kerendahan hati dan kelembutan. Saat kita mengetahui bahwa Allah tidak memandang perbuatan kita, tetapi Dia memandang pada diri seorang wanita yang Dia kasihi, kita tidak dapat menahan diri lagi untuk masuk ke dalam pelukan-Nya, dan mengenali lagi bahwa hanya inilah yang dapat memuaskan dahaga kita selama ini.


Tidak ada yang benar, seorang pun tidak

ROMA 3:10


http://bit.ly/efFNK3


0 komentar:

Posting Komentar