BERUBAH DIANTARA PERUBAHAN I

KASIH KARUNIA MEMBUAT KITA BERUBAH

TERGILA-GILA PADA YESUS

KEHIDUPAN YANG BERBUAH

KASIH SEJATI - CINTA MENGHANCURKAN ATAU MEMBANGUN

Satu emosi yang akan mengaliri seantero pembuluh darah tatkala kita tengah berpacaran adalah cinta. Kita mencintai dan dicintai! Saya harus akui bahwa saat-saat mencintai dan dicintai adalah sebuah keberadaan yang luar biasa menggetarkan. Pada momen cinta inilah kita mulai merancang masa depan dan merajut hubungan yang akan berlanjut sampai puluhan tahun mendatang. Kita membuat keputusan yang akan menentukan arah dan kualitas hidup bersamanya.

Hampir semua orang bisa mencintai, namun yang membedakan antara cinta yang satu dengan yang lainnya adalah bagaimana kita mencintai. Tatkala kita meneropong cinta dari kacamata bagaimana, barulah kita menyadari bahwa ternyata tidak semua “cinta” adalah sama. Kendati namanya dan rasanya sama, tetapi isinya tidak sama. Bagaimana seseorang mencintai sebenarnya menyingkapkan seiapakah orang itu, “apakah nilai hidupnya ?” “Bagaimanakah ia memperlakukan sesamanya?” “Apakah yang menjadi kebutuhan pokoknya?” “Seberapa dewasanyakah ia?” Semua pertanyaan in itermaktub dalam satu pertanyaan, “Bagaimanakah ia mencintai?” Jadi, sudah selayaknyalah kita mencari tahu bagaimanakah ia mencintai sebelum kita mengambil keputusan yang akan begitu mempengaruhi kehidupan kita kelak.

Saya kira kita perlu memahami cinta, terutama kita yang tengah jatuh cinta dan siap untuk memulai hubungan romantis dengan seseorang. Kadang kala kita terlalu cepat terbuai oleh kata “cinta” dan begitu mendengarnya kita beranggapan seakan0-akan segalanya akan menjadi baik dan beres. Bagi sebagian kita, cinta berarti “murni” dan “memurnikan” segalanya, baik itu motivasi maupun tindakan. Kita perlumenyadari bahwa kata “cinta” dapat menyembunyikan bahwa hal yang tidak lurus dan tidak sehat. Ingatlah bahwa yang terpenting bukanlah perkataannya, melainkan bukti nyatanya dan bukti dapat kita pantau melalui cara bagaimana ia menunjukkan cintanya.

Pada dasarnya cinta dapat dibagi dalam dua golongan besar: (a) cinta yang menghancurkan, dan (b) cinta yang membangun. Di atas permukaan keduanya tampak serupa, tetapi di dalamnya keduanya bagaikan langit dan bumi. Marilah kita melihat ciri masing-masing cinta agar dapat cepat dan tepat membedakannya.

CINTA YANG MENGHANCURKAN

Salah satu cerita yang mengenaskan yang dicatat di dalam alkitab adalah kisah perkosaan Tamar yang dilakukan oleh kakak tirinya sendiri, Amnon. Ada dua alasan mengapa peristiwa ini begitu mengenaskan. Pertama, keduanya adalah kakak beradik, anak Raja Daud dengan ibu yang berbeda. Dapat kita bayangkan betapa sakitnya hati Tamar diperkosa oleh kakaknya sendiri di saat ia datang untuk merawat Amnon yang (berpura-pura0 sakit. Kedua, sebelum memperkosa, Amnon diamuk cinta yang sangat besar terhadap Tamar, namun setelah ia selesai memperkosanya, cintanya lenyap, “bahkan lebih besar benci yang dirasanya kepada gadis itu dari pada cinta yang dirasanya sebelumnya” (2 Sam 13:15). Pada akhirnya Amnon malah mengusir Tamar secara kasar dan tidak pantas, bak seorang tuan mengusir anjing yang tidak ingin dilihatnya lagi. Cinta berganti benci dalam sekejap !

Menurut saya, cinta yang dimiliki amnon adalah cinta yang menghancurkan. Cinta jenis ini muncul secara tiba-tiba dan dalam kekuatan yang sangat besar. Kita sering terkecoh olehnya sebab cinta jenis ini begitu kuatnya bersarang di hati sehingga membuat pikiran dan seantero jiwa tersedot olehnya, Setiap hari yang ada di benak kitta hanyalah dia yang kita cintai; kita benar-benar terobsesi olehnya. Masalahnya adalah cinta jenisini adalah cinta yang menghancurkan karena pusat dari cinta ini adalah kepentingan dan kepuasan sendiri. Nanti akan saya jelaskan mengapa saya menyebutnya “menghancurkan”, namun sekarang marilah kita lihat dua ciri utama cinta jenis ini terlebih dahulu

MENGUASAI

Ini adalah ciri utama cinta yang menghancurkan. Pada dasarnya orang yang memiliki cinta yang menghancurkan adalah orang yang tidak memberi ruang gerak kepada orang yang dicintainya untuk menjadi apa adanya. Jika kita menjadi objek cintanya, maka satu hal yang pasti adalah kita kehilangan kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Segala sesuatu harus sesuai dengan keinginan dan seleranya sebab jika tidak, apa pun yang kita lakukan akan menjadi salah di matanya.

Dalam hubungan seperti ini kita sering dibuat menjadi serba salahh. Jika kita terus menuruti permintaannya, kita menderita, tetapi bila kita menolak permintaannya, ia menyalahkan dan menuduh bahwa kita tidak lagi mencintainya. Dalam kasus yang lebih buruk, tuduhan itu berlanjut dengan paksaan emosional maupun fisik. Dengan kata lain, ia marah dan mencaci maki kita atau ia tidak segan-0segan memukul kita. Cinta yang menghancurkan tidak mengenal kompromi dan mengalah sebab pusatnya adalah diri sendiri. Semakin hari kita semakin merasa tersedot dan kehabisan energi karena selalu ada saja tuntutan yang baru darinya. Sampai kapan pun kita tidak akan pernah berhasil memuaskan hasratnya secara tuntas.

MANIPULATIF

Ciri selanjutnya dari cinta yang menghancurkan adalah manipulatif. Sesungguhnya,manipulasi adalah paksaan dengan menggjunakan ancaman, namun semua ini dilakukan dengan halus, begitu halusnya seingga kita tidak merasa bahwa sesungguhnya ia tengah memaksa lewat ancaman. Misalnya, ada orang yang berniat untuk bunuh diri jika cintanya di tolak. Memang ancaman ini bukanlah ancaman terhadap diri kita, namun bukankah isi dari ancaman ini tetap untuk kita? Atau, ada orang yang mengungkapkan bahwa jika ia tidak bersama kita, ia tidak akan menikah untuk selamanya. Sekali lagi, memang ancaman in tidak tertuju secara langsung kepada diri kita, tetapi bukankah sebenarnya secara tidak langsung ia sedang beruusaha menembak kita?

Manipulasi adalah paksaan sebab tujuannya hanyalah satu yaitu kepentingan diri sendiri. Jika kita terlibat dalam hubungan cinta yang seperti ini, satu hal yang pasti adalah pada akhirnya kita kehilangan diri sendiri. Awalnya kita tidak menyadarinya sebab pada mulanya kita merasa sangat dikasihi. Bagaimana tidak ? Setiap hari kita dihujani perhatian dan setiap saat kita bisa mendapatkan cintanya, namun harga yang harus dibayar ternyata sungguhlah mahal. Hubungan ini tidak menyisakan apa pun untuk kita karena semuanya untuk dirinya.

Dalam hubungan ini satu perasaan yang akan terus menghantui adalah rasa bersalah. Manipulasi memaksa kita untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidka ingin kita lakukan, namun jika tidak dilakukan, kita merasa bersalah. Inilah senjata manipulasi yang termapuh yaitu membuat orang merasa bersalah. Manipulasi adalah bahasa jebakan; tanpa kita sadari ia akan terus menggiring kita masuk ke dalam perangkapnya. Sekali masuk, sampai selamanya kita tidak bisa kelaur.

CINTA YANG MEMBANGUN

Firman Tuhan mengajarkan kepada kita tentang apakah cinta dan semuanya diuraikan oleh Rasul paulus di dalam 1 Korinttus 13, terutama di dalam ayat 4-7. Inilah kasih, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersuka cita karena ketidak adilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” Berdasarkan ayat-ayat ini marilah kita lihat beberapa karakteristik dari cinta yang membangun.

PUSAT CINTA ADALAH ORANG YANG DICINTAI

Cinta yang membangun adalah cinta yang berpusatkan pada orang yang dicintai dan inilah yang membedakannya dari cinta yang menghancurkan. Firman Tuhan mengatakan bahwa kasih itu sabar, murah hati, dan tidak cemburu; tidak memegahkan diri dan tidak sombong; tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Semua ciri ini melukiskan satu karakteristik yakni tidak mementingkan diri sendiri. Kesabaran muncul tatkala kita berhasil mengesampingkan diri dan mementingkan orang yang kita kasihi. Kesabaran bertunas ketika kita menggunakan jadwalnya dan bukan jadwal kita. Sebaliknya, kita tidak akan sabar bila kita memikirkan kepentingan pribadi dan berjalan dengan kecepatan sendiri. Kita tidak akan sabar menunggu dan terus menuntutnya untuk menjadi seperti yang kita harapkan.

Cinta yang membangun memikirkan dan melakukan apa yang baik dan benar baginya. Dengan cinta yang membangun kita menghormati pasangan dan memberinya ruang gerak untuk menjadi dirinya sendiri. Apakah ini berarti bahwa kita sama sekali tidak boleh memberi masukan dan menyampaikan pengharapan kita ? Sudah tentu boleh, namun yang membedakannya dari cinta yang menghancurkan adalah kita tidak memaksanya untuk menjadi seperti yang kita harapkan. Kita memintanya, namun tetap menerima keputusannya.

Firman Tuhan menjelaskan bahwa kasih itu murah hati. Perkataan “murah hati” dapat pula dipahami sebagai “baik hati” dan memang bukankah salah satu petunjuk bahwa seseorang baik hati adalah dari kemurahan hatinya? Sekali lagi, intinya sama yakni cinta yang membangun tidak mementingkan diri sendiri sehingga kesukacitaannya adalah memberi, bukan menuntut

Namun, untuk memastikan bahwa ia sungguh-sungguh baik hati saya menyarankan agar kita mengamatinya dalam skala kehidupan yang lebih luas. Apakah ia baik hati terhadap kita saja, orang yang tengah dicintainya, ataukah ia murah hati terhadap semua orang ? Berhati-hatilah dengan orang yang hanya baik terhadap kita saja, namun kikir dan keras terhadap orang lain. Janganlah kita berbangga hati dan merasa tersanjung berjalan dengannya sebab pada kenyataannya ia bukanlah orangyang murah hati. Kebaikan hatinya kepada kita adalah manipulasinya semata untuk menggiring kita masuk ke dalam pelukannya.

Cinta yang membangun tidak cemburu sebab kecemburuan berasal dari keinginan untuk menguasai. Cinta yang menghancurkan adalah cinta yang menguasai sehingga kita kehabisan napas dankehilangan ruang gerak. Sebaliknya, cinta yang membangun tidak menguasai; cinta yang membangun memberi kemerdekaan dan memanggil kerelaan, bukan keterpaksaan.

Kecemburuan adalah reaksi alamiah dari ketakutan; kita takut kehilangan orang yang kita kasihi. Namun, dalam cinta yang membangun kita tidak menguasainya sebagai jaminan bahwa ia tidak akan meninggalkan kita. Dasar hubungan dalam cinta yang membangun adalah keputusan yang bebas dari ketakutan dan rasa bersalah. Kendati takut kehilangannya, kita tidak menguasai dan memaksanya.

Cinta yang membangun tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Tidak ada ruang untuk kesombongan dalam cinta yang membangun sebab perhatian kita tidak tertuju kepada orang yang kita cintai. Bagaimana mungkin kita memegahkan diri sendiri jilkalau hati kita hanya memikirkan kepentingannya? Kesombongan adalah pertanda bahhwa kita mengidolakan diri sendiri dan menuntut pasangan untuk melihat “keindahan”kita. Kita marah tatkala ia gagal melihat “kebaikan” kita; kita kecewa sewaktu ia lupa memuji dan menghargai kita. Sebaliknya, dalam cinta yang membangun kita mengarahkan mata kita pada keindahan dan hal-hal positif pada dirinya. Kita akan terkejutmelihat betapa cepatnya balon kesombongan mengembis tatkala perhatian tertuju pada keindahan pasangan, bukan pada diri sendiri.

Cinta yang membangun tidak melakukan hal-hal yang tidak sopan. Kata “tidak sopan” disini dapat pula dipahami sebagai “kasar”. Jadi dalam cinta yang membangun tidak ada kekasaran sebab isi deari cinta yang membangun adalah hormat. Kekasaran adalah cermin keangkuhan tatkala melihat deiri dan cermin peleehan ketika berhubungan dengan orang lain.

Perkataan “tidak sopann” atau aksar sangat berkaitan erat dengan perkataan :”mencari keuntungan diri sendiri”. Kekasaran adalah wujud frustasi tatkala keuntungan pribadi lepas dari genggaman. Memang dalam hubuungan cinta yang menghancurkan tidak ada rasa hormat. Sebab oran gyang kita cintai hanyalah alat semata untuk memberikan apa yang kita dambakan. rAsa hormat dalam cinta yang menghancurkan hanyalah sebesar keuntungan yang diperoleh. Sebaliknya, dalam cinta yang membangun kita menghormatinya oleh karena ia adalah ciptaan Tuhan. Kita tidak memandangnya dari segi besar kecil keuntungan yang diperolah; kita memandangnya sebagai “teman pewaris dari kasih karunia” (1 Ptr 3:7)

MENGAMPUNI KESALAHAN DAN MENERIMA KELEMAHAN

Firman Tuhan menguraikan bahwa kasih tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang. Cinta yang membangun berdiri di atas landasan realitas bahwa di dunia ini tidak ada orang yang sempurna dan tidak ada satu orang pun yang dapat memenuhi semua kebutuhan kita kecuali Tuhan sendiri. Oleh sebab itu, dalam cinta yang membangun kita tidak menuntut orang untuk selalu tahu akan kebutuhan kita dan tidak mengharuskannya untuk selalu siap menjawab setiap pertanyaan kita. Di dalam cinta yang membangun kita menerima ketidaksempurnaan hidup dan tidak mengejar orang untuk selalu berpikir dan berbuat “benar”. Itu sebabnya kita dapat menerima kelemahan dan mengampuni kesalahan.

Di dalam cinta yang membangun kita berpijak pada landasan bahwa setiap orang yang melakukan kesalahan, baik disengaja maupun tidak. Didalam cinta yang membangun kita menyadari bahwa orang mungkin dan dapat melukai kita. Namun, kita bisa menerima luka dan kekecewaan sebagai bagian dari hidup. Kita tidak memandangnya sebagai sesuatu yang “tidak seharusnya;’ terjadi karena kita tahu bahwa kita pun kadang melukai pasangan atau orang yang kita kasihi. Itulah kenyataan hidup di dunia ini.

Di dalam cinta yang membangun kita tidak menyimpan catatan kesalahan psangan. Kita melihat dan tidak menutup mata terhadap kesalahan, namun kita tidak dengan sengaja menyimpan catatannya. Sebaliknya, kita berusaha melupakan apa ang telah terjadi setelah berupaya menyelesaikannya. Di dalam cinta yang membangun kita tidak ingin ingatan buruk bersaarang di dalam benak kita; sebaliknya, justru kita ingin membangun sesuatu yang baru

Di dalam cinta yang menghancurkan kita melihat lawan dari semua ini kita tidak dapat mentoleransi ketidak sempurnaan karena tuntutan kita adalah agar pasangan dapat senantiasa memenuhi kebutuhan kita dan mengerti isi hati kita. Kita tidak dapat menerima kelemahan karena kelemahan berarti kegagalan dalam memenuhi kebutuhan kita. Kita pun tidak mudah melupakan kesalahan sebab kesalahan berarti melukai dan kita tidak bersedia menerima luka, sekecil apa pun. Bagi kita, hubungan harus tanpa cakar sama sekali; sekali tercakar selamanya kita akan mengeluarkannya dari daftar orang yang kita kasihi.